Online
Selasa, Ogos 31, 2010
Keistimewaan Malam Lailatul Qadar
Allah S.W.T berfirman yang bermaksud :
“Sesungguhnya kami telah menurunkan (Al-Quran) pada malam al-Qadr dan apakah jalan yang menyebabkan engkau mengerti (kebesaran) lailatul qadar itu? Lailatul qadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu para malaikat dan Jibril turun dengan keizinan tuhan mereka (Allah), untuk setiap urusan. Sejahteralah malam ini hingga terbit fajar”.
Kebanyakan ulama’ Islam menegaskan bahawa kemungkinan berlakunya lailatul qadar adalah pada salah satu daripada malam kesepuluh terakhir sama ada malam ganjil ataupun malam genap.
Yang tetap berlakunya malam lailatul qadar adalah didalam pengetahuan Allah jua. Sesiapa sahaja yang beribadah di malam hari bulan ramadhan, jika kebetulan dengan malam lailatul qadar, maka dikurniakan ganjaran pahala melebihi ganjaran pahala yang dikurniakan kepada mereka yang beribadah selama seribu bulan atau selama 83 tahun 4 bulan berbanding dengan malam yang lain-lain.
Rasulullah s.a.w. sendiri amat bersungguh-sungguh menghidupkan sepuluh malam terakhir daripada bulan ramadhan bersama-sama ahli keluarganya dengna beribadah, bertadharu’, beristighfar dan bermunajat kehadrat Allah, memohon rahmat, keampunan dan keredhaanNya.
Walaupun Rasulullah s.a.w. seorang yang maksum, dijamin terpelihara daripada dosa dan noda bahkan dijamin syurga, namun baginda tetap berjaga malam untuk qiamullail, menahan diri daripada tidur kecuali untuk seketika sahaja. Orang yang tekun beribadah pada 10 malam yang terakhir daripada bulan ramadhan akan mendapat rahmat yang dijanjikan sama ada dapat atau tidak menemui apa-apa tanda. Kerana yang penting adalah sepertimana yang tersebut dalam hadis sohih riwayat Bukhari dan Muslim iaitu:
Menghayati malam tersebut dengan ibadah
Beriman dengan yakin bahawa malam lailatul qadar itu adalah benar dan dituntut menghayatinya dengan amal ibadah
Amal ibadah itu dikerjakan kerana Allah semata-mata dengan mengharapkan rahmat dan keredhaanNya
Selain tanda-tanda tersebut, para alim ulama’ menyebut bahawa beberapa tanda-tanda lain bila berlaku malam lailatul qadar. Antaranya ialah :
Ada yang berkata orang yang menemui malam lailatul qadar akan melihat nur yang terang benderang disegenap tempat hingga keseluruhan ceruk yang gelap gelita
Ada pula menyatakan bahawa kedengaran ucapan salam dan kata-kata yang lain daripada malaikat
Ada juga yang melihat segala benda termasuk pohon-pohon kayu rebah sujud
Ada yang berkata doa permohonannya makbul
* Imam Tabari pula menegaskan bahawa semuanya itu tidak lazim dan tidak semestinya seseorang itu dapat melihat atau mendengar kerana tidak disyaratkan melihat atau mendengar sesuatu untuk menemui malam lailatul qadar.
Segala puji bagi Allah atas berbagai macam nikmat yang Allah berikan. Shalawat dan salam atas suri tauladan kita Nabi Muhammad s.a.w kepada keluarganya dan para pengikutnya.
Bersemangatlah di Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan
Para pembaca -yang semoga dimudahkan Allah untuk melakukan ketaatan-. Perlu diketahui bahwa sepertiga terakhir bulan Ramadhan adalah saat-saat yang penuh dengan kebaikan dan keutamaan serta pahala yang melimpah. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Oleh karena itu suri tauladan kita -Nabi Muhammad s.a.w dahulu bersungguh-sungguh untuk menghidupkan sepuluh hari terakhir tersebut dengan berbagai amalan melebihi waktu-waktu lainnya.
Sebagaimana isteri beliau -Ummul Mu’minin Aisyah radhiyallahu ‘anha- berkata :
“Rasulullah s.a.w sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim)
Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan :
“Apabila Nabi s.a.w memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’, pen), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari & Muslim)
Maka perhatikanlah apa yang dilakukan oleh suri tauladan kita! Lihatlah, Nabi s.a.w bukanlah malah mengisi hari-hari terakir Ramadhan dengan berbelanja di pusat-pusat perbelanjaan untuk persiapan lebaran (hari raya). Yang beliau lakukan adalah bersungguh-sungguh dalam melakukan ibadah seperti shalat, membaca Al Qur’an, dzikir, sedekah dan lain sebagainya. Renungkanlah hal ini!
Keutamaan Lailatul Qadar
Pada sepertiga terakhir dari bulan yang penuh berkah ini terdapat malam lailatul qadarlah Allah mensifatinya dengan malam yang penuh keberkahan. Allah Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi. dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.”
Malam yang diberkahi dalam ayat ini adalah malam lailatul qadar sebagaimana ditafsirkan pada surat Al Qadar. Allah Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.”
Keberkahan dan kemuliaan yang dimaksud disebutkan dalam ayat selanjutnya :
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”
Perhatikanlah bahwa malam keberkahan tersebut adalah lailatul qadar. Dan Al Qur’an turun pada bulan Ramadhan sebagaimana firman Allah Ta’ala :
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran.”
Bila Malam Lailatul Qadar Terjadi ?
Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi s.a.w :
“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Terjadinya lailatul qadar di malam-malam ganjil itu lebih memungkinkan daripada malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi s.a.w :
“Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Terjadinya lailatul qadar di tujuh malam terakhir bulan ramadhan itu lebih memungkinkan sebagaimana hadits dari Ibnu Umar bahwa Nabi s.a.w bersabda :
“Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir, namun jika ia ditimpa keletihan, maka janganlah ia dikalahkan pada tujuh malam yang tersisa.” (HR. Muslim)
Dan yang memilih pendapat bahwa lailatul qadar adalah malam kedua puluh tujuh sebagaimana ditegaskan oleh Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu. Namun pendapat yang paling kuat dari berbagai pendapat yang ada sebagaimana dikatakan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari bahwa lailatul qadar itu terjadi pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dan waktunya berpindah-pindah dari tahun ke tahun. Mungkin pada tahun tertentu terjadi pada malam kedua puluh tujuh atau mungkin juga pada tahun yang berikutnya terjadi pada malam kedua puluh lima tergantung kehendak dan hikmah Allah Ta’ala. Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah s.a.w :
“Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan pada sembilan, tujuh, dan lima malam yang tersisa.” (HR. Bukhari)
Hikmah Allah menyembunyikan pengetahuan tentang terjadinya malam lailatul qadar di antaranya adalah agar terbedakan antara orang yang sungguh-sungguh untuk mencari malam tersebut dengan orang yang malas. Karena orang yang benar-benar ingin mendapatkan sesuatu tentu akan bersungguh-sungguh dalam mencarinya. Hal ini juga sebagai rahmat Allah agar hamba memperbanyak amalan pada hari-hari tersebut dengan demikian mereka akan semakin bertambah dekat dengan-Nya dan akan memperoleh pahala yang amat banyak. Semoga Allah memudahkan kita memperoleh malam yang penuh keberkahan ini.
Do’a di Malam Lailatul Qadar
Sangat dianjurkan untuk memperbanyak do’a pada lailatul qadar, lebih-lebih do’a yang dianjurkan oleh suri tauladan kita -Nabi Muhammad s.a.w sebagaimana terdapat dalam hadits dari Aisyah. Beliau radhiyallahu ‘anha berkata,
“Katakan padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu malam adalah lailatul qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?” Beliau menjawab, “Katakanlah: ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ (artinya ‘Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).”
Tanda Malam Lailatul Qadar
Udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullah s.a.w bersabda :
“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan.”
Malaikat menurunkan ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah, yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain
Manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada sebagian sahabat
Matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar
Dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullah s.a.w bersabda yang ertinya :
“Subuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik.”
I’tikaf dan Pensyari’atannya
Dalam sepuluh hari terakhir ini, kaum muslimin dianjurkan (disunnahkan) untuk melakukan i’tikaf. Sebagaimana Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w biasa beri’tikaf pada setiap Ramadhan selama 10 hari dan pada akhir hayat, beliau melakukan i’tikaf selama 20 hari.
Lalu apa yang dimaksud dengan i’tikaf? Dalam kitab Lisanul Arab, i’tikaf bermakna merutinkan (menjaga) sesuatu. Sehingga orang yang mengharuskan dirinya untuk berdiam di masjid dan mengerjakan ibadah di dalamya disebut mu’takifun atau ‘akifun.
Dan paling utama adalah beri’tikaf pada hari terakhir di bulan Ramadhan. Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan bahwa Nabi s.a.w biasa beri’tikaf pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan sampai Allah ‘azza wa jalla mewafatkan beliau. )
Nabi s.a.w juga pernah beri’tikaf di 10 hari terakhir dari bulan Syawal sebagai qadha’ karena tidak beri’tikaf di bulan Ramadhan. (HR. Bukhari & Muslim)
Sumber :
http://ridzuan1706.wordpress.com/2009/09/11/keistimewaan-malam-lailatul-qadar/
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan